Perbincangan Warung Kopi: Korupsi dan Pemimpin



Beep Aam kemudian merogoh saku kanan celananya, mengeluarkanhandphone.
10 mnt'an lg gw nyampe
Sore itu Aam duduk sendiri pada kursi dengan meja bundar di hadapannya. Aam adalah seorang pegawai swasta pada sebuah perusahaan yang bergerak di bidang Teknologi Informasi. Sore ini ia akan bertemu dengan kawan-kawan SMAnya.
* * *
"Udah lama nunggu Am?", Andi menegurnya dari belakang.
"Baru sekitar 5 menitan, baru aja gue pesen kopi sama cemilan. Panggil gih pelayannya, sambil nunggu si Alif dateng.", Andi kemudian sekilas membaca menu, kemudian memesan segelas susu cokelat panas pada pelayan yang mengantarkan pesanan Aam.
"Gileee. Makin keren aja lo sekarang. Dandananlo udah kayak anak-anak muda yang nongol di tivi jadi penonton."
"Oh iya ya? Perasaan gue wajar-wajar aja ah. Gara-gara tuntutan profesi kali, sebagai EO. Nah elo sendiri udah kayak babeh-babeh dandanannya. Berasa kayak ngobrol sama om-om. Berasa jadi gigolo nih gue. Hahahahaha. Tinggal nenteng anjing kecil, lengkap sudah."
"Kampret lo! Iya juga ya? Pengaruh lingkungan kayaknya. Sebagai kuli kantoran, mau gak mau kudu ngikut aturan. Nah, tuh minumanlo dateng."
"Nahhh. Cakep. Gak lama. Cepat dan tanggap!", Andi menyambut pesanannya datang.
"Lah harus gitu dong! Gak korupsi waktu, ngelama-lamain pesanan.", Aam menimpali Andi sambil melempar senyum pada pelayan.
"Najong dah, genit banget lu! Eh ngomong-ngomong soal korupsi, gerah juga gue liat-liat berita di tivi."
"Gerah kenapa? Malah keren kalo gue bilang, kita sebagai pemuda harus mencontoh menteri pemudanya. Kita harus korupsi!"
"Bukan itu setan! Gue geli nonton pidato presiden pas hari korupsi kemaren."
"Lah? Orang EO merhatiin yang begituan juga? Emang pidato gimana?"
"Kurang lebih begini, kasus-kasus korupsi terjadi karena ketidakpahaman seseorang pejabat bahwa yang dilakukannya itu keliru, dan itu berkategori korupsi. maka negara wajib menyelamatkan mereka-mereka yang tidak punya niat korupsi tapi bisa salah didalam mengemban tugas-tugasnya."
"Yaelah. Sebutin aja isinya. Gak usah gaya  pidatonya juga lo ikutin semprul!"
"Lo lagi jadi SBY Ndi?", Alif yang baru datang mengejek Andi. "Penuh penghayatan banget nih kayaknya actingnya"
"Lah ini, PNS dateng-dateng udah ngejek aja!"
"Eh Am, di sini boleh ngerokok kan?"
"Nape? Lo takut tunjanganlo disunat gara-gara ngerokok sembarangan? Boleh kok, di sini boleh ngerokok."
"Ya gitu deh. Gue juga kan sebagai pelayan masyarakat perlu memberi contoh yang baik."
"Pelayan? Enatar beres dari sini lo pijitin gue ya? Siapin aer anget buat gw mandi sama ngepel-ngepel di rumah gue"
"Kodok lo ah! Eh pesenin gue kopi item dong!", Aam kemudian dengan tanggap memanggil pelayan dan memesan black cofee.
"Eh.. Tadi lagi pada ngomongin apaan? Sampe si Andi niru-niru SBY pidato segala."
"Ngomongin kelakuan-kelakuan kayak elo! Korupsi! Kayak barusan aja, ngemeng mau dateng jam 4, malah dateng jam setengah lima."
"Gue kan udah bilang sama elo Ndi, gue ada perlu dulu ke bengkel."
"Si Item masih lo rawat? Kubur aja dah tuh motorlo."
"Sial!"
"Ini tadi kita lagi ngomongin korupsi. Soal pidato SBY kemaren."
"Terus kenapa pidatonya?"
"Kalo gue bilang sih aneh. Presiden gitu loh! Masa pidato kayak gitu? Kesannya tuh presiden memerintahkan untuk membebaskan mentrinya yang baru aja jadi tersangka.", Aam menimpali.
"Kalo kata lo Ndi?"
"Mirip sih kayak yang Aam bilang. Dan gue lebih ekstrim lagi nangkepnya. Kesannya negara melindungi koruptor. Negara loh ya ini itungannya. Negara coy!"
"Sabar Ndi. Sabar. Minum dulu. Minum. Tuh. Pas sama minumannya Alif dah dateng juga."
Alif kemudian menerima pesanannya dari pelayan. Kemudian ia mengeluarkan sebungkus rokok dan menyalakannya.
"Ya geli aja gue. Ngakunya jadi panglima yang mimpin langsung pemberantasan korupsi, tapi pidatonya malah ngelindungin korupsi. Aneh!"
"Nah. Kalo kata lo gimana Lif?"
"Kalo kata gw gini, konteksnya kan soal ketidaktahuan si pelaku, makanya negara bertanggungjawab. Nah, kalo kata gue bertanggungjawab di sini artinya negara bertanggungjawab memberikan pemahaman dan pengertian kepada setiap pejabat soal hal-hal yang mana yang dianggap korupsi, dan yang mana yang dianggap tidak sebagai korupsi."
"Ajiiib. Demen nih gue sama bahasa lo. Udah kayak birokrat beneran. Ribet!"
"Pengaruh lingkungan kali. Gue lanjut ya. Jadi kalo gue bilang, arah dari maksud pidato presiden pas hari korupsi itu, adalah preventif atau pencegahan."
"Trus?"
"Kalo menurut gue, itu bentuk tanggungjawab presiden sebagai pemimpin, dia sebagai pimpinan wajib memberikan arahan-arahan pada bawahannya dalam menjalankan tugasnya."
"Berarti dengan kata lain, presiden juga bisa dianggap bertanggungjawab karena ngangkat menteri yang korupsi?"
"Iya, dia bertanggungjawab dalam bentuk pencegahan tadi. Memberikan pengarahan-pengarahan pada bawahannya. Ingat ya, dalam bentuk preventif. Bukan bertanggungjawab untuk melindungi atau bahkan membebaskan bawahannya yang sudah ketahuan bersalah."
"Mau preventif kek, mau pencegahan kek, pokoknya gue bener-bener gak sreg sama pidato presiden itu. Jadi malah pelindung korupsi."
"Terus lo berdua malah jadi debat? Ini kita kan ngumpul buat jalan lagi ke tempat si Poltak. Kita kan mau ngomongin acara akhir taon di rumah dia. Gimana sih?"
"Oh iya ya? Yuk ah jalan."
"Yuk Ndi. Lo yang bayar ya Lif. Gue sama Andi nunggu di mobil. Lo kan katanya pelayan masyarakat. Gue punya KTP loh yang membuktikan gue sebagai warga negara Indonesia."
"SIAL!"
kenapa sih mesti multitafsir?
Share on Google Plus

0 komentar :

Post a Comment