Menjajal Fisik di Galunggung


Liburan bersama keluarga memiliki banyak arti. Selain menambah kedekatan secara emosional, juga mengurangi kepenatan. Jenuh dengan hingar bingar kendaraan kota yang lengkap dengan polusi udara, polusi cahaya dan polusi suara, sungguh diperlukan sedikit penyegaran.
Pada libur akhir minggu akhir maret lalu saya memutuskan untuk pulang kampung sungkem sama emak dan babeh di Tasikmalaya. Ritual pulang kali ini dilengkapi bersama si Abang dan keluarganya.  Penjelajahan Tasikmalaya rasanya tidak lengkap tanpa menjajal Galunggung yang terkenal sadis meletus tahun 1982 yang menghiasi Tasik dengan gunung-gunung batu muntahan Galunggung.
Kebetulan rumah orangtua letaknya tidak terlalu jauh dari Gunung Galunggung. Hanya sekitar 8 km dari rumah untuk menuju Galunggung. Kami sekeluarga berangkat menjelang siang, dan dengan petunjuk dari mamang-mamang penjaga warung pada jalan yang kami lalui, akhirnya kami tiba di gerbang Galunggung.
Setelah melewati gerbang, kami memilih untuk mengambil jalur kiri untuk menuju kawah utama Galunggung. Jalan menanjak kami tempuh bersama si jagur (sebutan untuk mobil babeh). Setibanya di parkiran kami mengisi perut sedikit dan membeli minum untuk kemudian menuju kawah yang hanya ditempuh dengan berjalan kaki.
1365694693715048245
Papan Peringatan
Si abang memutuskan untuk tidak ikut ke kawah, ia memutuskan untuk menemani istrinya yang sedang hamil besar bersama anaknya yang balita. Saya dan Emak memutuskan untuk ke atas (usia emak 57 tahun - kelahiran 1956). Dan perjalanan dimulai.
1365695100822600330
Menuju Puncak
13656952221505952887
View Tengah Perjalanan Tangga
Sungguh agung kuasa sang pencipta. Lukisan maha dahsyat yang nyata terhampar indah di depan mata. Menyegarkan hati, pikiran dan mata ketika memandangnya.
1365695417720727069
Landscape dari Puncak Kawah
13656954711533718339
Awan di Atas Kawah
1365695532781734691
Kawah Dibalik Semak
13656956061711143750
Sungai Pembuangan Kawah Dibalik Bunga
Galunggung yang masih aktif ini tak luput dari pengawasan. Terbukti terpancang tiang pengawasan dengan solar cell padanya.
13656956961636241651
Alat Pantau
Setelah puas menghirup udara segar di puncak, Saya dan Emak memutuskan untuk turun. Karena kami menduga bahwa menjelang sore, pasti akan hujan. Tapi sungguh mengejutkan, belum sampai tengah kami berpapasan dengan si Abang. Dia lengkap membawa serta anaknya yang belum 5 tahun dan istrinya yang sedang hamil besar. Geleng-geleng saya melihat mereka. Si Abang tampak repot dengan menggendong anaknya di depan dan menggendong tas punggung di belakang.
Kami kemudian memutuskan untuk berpisah, Saya menemani si Abang dan keluarga kecilnya ke atas, sementara Emak memutuskan untuk turun dan menunggu di bawah. Perjalanan kami ke atas setidaknya menampar halus pemuda-pemuda yang kepayahan naik ke atas. Bayangkan, Ibu hamil besar saja bisa sampai puncak walau berakhir dengan kaki sebesar talas bogor.
13656960931211413648
Bumil Sampai Puncak - Horee..!
Petualangan tidak hanya sampai situ saja, kami melanjutkan untuk menuju pemandian air panas dan menjenguk air terjun sebelum pulang.
13656965911310903171
Petunjuk Jalan
1365696683893322124
Sungai Kecil yang Jernih
Walau pun gagal menemui air terjun yang membuat penasaran karena hujan mengguyur deras dan terlalu sore. Tapi cukuplah menikmati keindahan Galunggung dengan udara segarnya dan cukup menjadi pembuktian fisik.
Selamat tinggal Galunggung, semoga kelestarianmu membawa berkah manusia-manusia yang hidup di sana. Peka bencana dan lestarilah.
__________________________________________________
, dalam rangka WPC 36 - Repetition
Share on Google Plus

0 komentar :

Post a Comment