Pertemuan Keluarga di Bandung, Lanjut Menikmati Car Freeday Buah Batu

A post shared by Fahmi Idris (@fahmi_gemblonk) on

Sebenarnya agak malas pergi ke luar kota. Maklum lah saya ini kan baru pindah kerja ke tempat yang kurang lebih agak berbeda dengan sebelumnya. Ya kalau sebelumnya fokus membuat product, kali ini bekerja untuk sebuah software house yang hidup dari project. Makanya agak struggle dan kerja keras. Tapi berhubung acara keluarga besar ini belum tentu setahun sekali, jadi ya datang saja. Hitung-hitung bisa ketemu sama uwa yang metal-metal.

Keluarga saya ini bisa dibilangn keluarga besar. Kalau dengar dari mamah sih puncaknya ada di Tan Ji Seng. Entah benar atau tidak penulisannya. Tapi yang jelas, nama itu yang jadi patokan kenapa kemudian keluarga besar kami banyak yang sipit-sipit. Kalau dirunut, Tan Ji Seng ini adalah kakeknya kakek saya, jadi bisa dibilang saya ini adalah generasi ke 7.

Denger-denger sih Tan Ji Seng ini adalah pelarian dari Tiongkok sana. Mungkin kalau dirunut-runut, pada masa itu sedang ada pergolakan di daratan Tiongkok yang membuat si kakek moyang itu melarikan diri ke Nusantara. Tapi masih simpang siur juga, apakah benar melarikan diri karena perubahan dinasti atau memang Tan Ji Seng ini adalah seorang diplomat dari Tiongkok yang kemudian betah dan beranak pinak di Nusantara.

Bertempat di Sierra Cafe and Lounge di Dago Pakar, kami bersilaturahmi dan berkumpul. Dan ya maklum lah namanya juga temu kangen keluarga yang seumuran mamah yang kisaran 50an. Jadi pasti ada organ tunggal dan nyanyi-nyanyi. Salah satu yang menarik adalah Om Acah (Ini panggilan saya pada Kadarsah Suryadi yang merupakan Rektor ITB aktif saat ini) yang ternyata jago main harmonika. Maknyusss!

Overall, tempat ini, Sierra Cafe and Lounge ini oke banget untuk jadi tempat pertemuan. Bukan cuma tempat yang ciamik dengan view yang lumayan OK. Tempat ini juga susah sinyal. Hingga kalau ada pertemuan di sini menjadi lebih khusyuk.

Ini bagian bawah yang tidak kami gunakan. Menarik lah ya jejeran kursinya.

Contoh view dari salah satu sudut di bawah. Menjadi gelap karena terlalu terang menantang mentari.
Anggap sudah puas main, ngobrol dan ketawa-ketawa di Sierra Cafe ini, kami, saya, istri dan Damar capcuss menuju rumah Om yang ada di Buah Batu. Sengaja kami cuss duluan karena Om dan Mamah ini termasuk yang aktif. Jadi ya kudu sampai acara selesai di lokasi. Sementara melihat Damar yang sudah kepayahan, kami memutuskan untuk ngeGrab dari Dago Pakar ke rumah Om.

Sampai di rumah Om, Damar yang sudah sempat tidur di mobil malah sekarang ON lagi. Melihat kolam ikan penuh dengan ikan mas, ya dia keciplak-kecipluk sama bapaknya. Basahhhhh.

Ikan-ikan di kolam si Om.
Dan bodohnya, ternyata tas kami ada di mobil si Om. Yang artinya, kami baru bisa berganti pakaian setelah si Om datang. Hohohoho... Dingin....

Car Freeday Buah Batu

Akhirnya kesampaian juga datang ke tempat ini. Sebenarnya setiap kali menginap di rumah Om ini selalu saja diajak untuk datang ke sini. Tapi waktu itu kan masih single, jadi ya abur-aburan sama teman-teman kuliah begadang main game. Dan baru kemarin sama istri dan Damar menjelajah Car Freeday ini.

Kira-kira segini jarak carfreeday buah batu.
Tapi emang dasar norak, kami menelusur sepanjang jalan car-freeday ini. Dari ujung ke ujung benar-benar kami papay. Pokoknya semua jengkal pedagang kami amati dan teliti. Tapi ya dasar emang sibuk terpana, cuma satu hal yang diabadikan dari momen ini. Pada saat Damar menangkap ikan saja. Selebihnya ya asik saja lihat-lihat.



Sumpah, inimah bukan carfreeday-nya yang enggak seru, cuma kitanya aja yang kurang mengabadikan. Jadinya kurang asoy. Yang jelas dari tempat ini, saya dapat celana gantung. Dan Damar dapat jaket anti angin, winbreaker kalau kata orang bule.

Begitu!
Share on Google Plus

0 komentar :

Post a Comment