BloggerHangout
kali ini berisi tentang Mind Mapping untuk Creative Writing. BloggerHangout ini
hadir pada sesi sore setelah sebelumnya berbagi tentang Fenomena & Strategi
Kreatif bagi Digital Influencer oleh Tuhu Nugraha.
Baca : SharingTuhu Nugraha
Mind Mapping alias memetakan ide atau catatan
ini saya sudah tahu sejak 2012 silam. Waktu itu seorang teman yang baru solo
traveling ke Gili Trawangan membeberkan idenya untuk menulis sebuah buku dengan
menggunakan mind mapping ini. Ceritanya begitu semangat dan berapi-api. Menarik
juga. Tapi waktu itu saya cuma tertarik pada flow ceritanya saja. Tidak soal mind mapping.
Nyaris
setiap hari dia cerita tentang mind mapping dengan segala manfaatnya. Hingga
akhirnya saya googling sendiri apa itu mind mapping. Dan secara sederhana,
sebenarnya kita sudah melakukannya, hanya saja tidak tergambarkan. Karena
memang seperti itu cara kerja otak kata Anwari Natari yang mengisi
BloggerHangout ini. Dan saya baru tahu cara kerja otak dari BloggerHangout ini.
Menggunakan
mind mapping dalam pekerjaan saya selaku System Analyst sangat berguna. Tapi ya
cuma orat-oret saja di kertas dengan tulisan dan garis-garis. Buat yang melihat
catatan saya, pasti bilangnya enggak jelas! Tak apa lah, toh cukup
saya yang paham alur dan prosesnya saja sudah lebih dari cukup. Yang bahaya itu
kalau kita sudah bikin mind mapping, tapi kita sendiri tidak tahu apa isinya.
Sekarang sih saya sedang tularkan pada tim di kantor. Biar pemahamannya makin
mantap untuk sistem yang sedang dianalisa.
Ini contoh yang saya buat di mindmeister.com |
Jaman saya
SD, saya biasa diberikan tugas untuk merangkum. Polanya sederhana, ambil
beberapa kata pada satu bab pembahasan dengan menggunakan stabilo. Rangkuman
ini jadi seperti poin-poin penting dalam pembahasan. Kadang rangkuman ini
dicatat pada buku catatan. Catatan ini kemudian dikenal dengan catatan linear.
Linear itu maksudnya lurus, datar, seperti catatan yang mengikuti baris pada
kertas.
Catatan
linear ini kemudian dirubah menjadi bentuk mind mapping seperti di atas.
Catatan ya! Tidak ada keharusan mind mapping itu bentuknya seperti gambar di
atas. BEBAS! Yang penting yang buat mind mapping ini bisa baca dan menjelaskan
dengan cepat apa maksudnya.
Cobain deh!
Buat saya sih ini worked banget! Kan pusing kalau lagi meeting user requirement
terus pembahasan untuk sebuah modul atau function bertambah outputnya. Pasti
berantakan banget kalau mencatatkannya dalam bentuk linear. Lah kalau pakai
konsep mind mapping tinggal tambah poin-nya saja pada function yang diinginkan.
Selesai!
Tapi perlu
diingat! Penggunaan mind mapping ini harus pakai latihan sampai kita menemukan
bentuk yang paling ideal untuk digunakan. Walaupun dalam mind mapping tidak ada
yang salah, tapi tetap saja kenyamanan penggunanya harus diperhatikan,
setidaknya ditemukan.
Lantas apa
hubungannya dengan Creative Writing? Begini, sejauh pemahaman saya, creative
writing itu adalah proses menghasilkan tulisan atau artikel yang sukses
menyampaikan maksud dan tujuan penulis pada pembaca tapi tidak secara langsung.
Misal mau bilang gado-gado itu enak. Penulis tidak menuliskan kata enak. Tapi
dijelaskan tentang sayuran yang segar, bumbu kacang yang gurih dan pingin lagi
makan gado-gado ini. Dengan begini, kalau pesan si penulis berhasil, maka
pembaca akan tergiring untuk menjajal gado-gado yang dituliskan.
Bagaimana
caranya menggabungkan Creative Writing dengan Mind Mapping?
Kalau
menurut saya sih ada pada bridging.
Misal kita mau buat tulisan dengan tema gado-gado itu hidup. Maka cari tokoh
utamanya, sebut saja Mpok Ijah. Gambarkan sedikit karakternya dalam bentuk
poin-poin pada mind mapping. Lalu cari pada poin mana karakter Mpok Ijah ini
akan kita tempelkan pada tulisan yang akan kita hasilkan.
Satu hal
yang perlu diingat! Ini soal latihan hingga menemukan cara yang sesuai menurut
penggunanya. Bebas lah pokoknya. Latihan! Latihan! Latihan!
Udah gitu
aja.
0 komentar :
Post a Comment