Lebih Private Dengan My Blue Bird

sumber: galamedianews.com

Permasalahan soal transportasi online masih belum menemukan rimbanya (baca : Konflik Transportasi Online: Menambah Usulan Rhenald Kasali). Namun permasalahan ini agaknya tidak menyurutkan Blue Bird untuk tetap berinovasi. Lewat aplikasi mobile terbarunya, Blue Bird mulai menyasar konsumen yang benar-benar ingin dimudahkan. Saya pun tertarik untuk menjajal aplikasi yang sudah dibuat oleh Blue Bird yang bekerjasama dengan seatech mobile ini.

Perlu dicatat juga kemudian, bahwa sebenarnya aplikasi My Blue Bird ini sebenarnya sudah hadir sejak July 2011. Begitu kurang lebih yang dipamerkan oleh seatech mobile pada banner halaman utama websitenya. Ditambah lagi dengan total download sudah mencapai lebih dari 750.000. Tapi kenapa aplikasi yang terakhir update 9 Desember 2015 ini justru kalah booming dibandingkan aplikasi transportasi lainnya di android ya?

screen capture dari google play

Saya kemudian tertarik menjajal aplikasi ini. Setelah berhasil mendownload dari google play, maka loading screen ketika aplikasi menyala adalah tampilan latar biru dengan logo Blue Bird berada di tengah. Persis seperti gambar paling kiri yang dicapture dari google play di atas. Atau seperti pada gambar utama yang berada di tangan kanan si bapak.

Ada kendala ketika memasukkan data pribadi untuk login ke dalam aplikasi. Karena ini adalah aplikasi mobile, maka perlu kode khusus yang dikirimkan lewat SMS yang harus dikonfirmasi oleh APP. Nah, ketika sms masuk, maka aplikasi My Blue Bird ini langsung mengkopi 6 digit gabungan angka dan huruf untuk langsung dimasukkan ke dalam aplikasi My Blue Bird. Beberapa kali di handphone saya mengalami kegagalan. Namun akhirnya berhasil setelah mereset aplikasi My Blue Bird. Mungkin agak  kurang nyambung fitur SMS dengan My Blue Bird.

Begini tampilan awal aplikasi My Blue Bird

Selanjutnya ketika masuk ke dalam aplikasi My Blue Bird yang sudah berhasil login, maka kita akan dibawa pada titik di tengah Monas (Monumen Nasional). Sebenarnya ini sedikit mengganggu. Mungkin bisa dibuat untuk default akan langsung minta diaktifkan fitur location pada perangkatnya. Maka dengan diaktifkannya fitur location, titik akan langsung mengarah pada lokasi kita sekarang. Tidak seperti aplikasi My Blue Bird yang harus dihidupkan fitur GPSnya baru titik awal diarahkan pada pemula.

Saya kemudian mengaktifkan fitur location pada perangkat saya, baru lah saya mendapati posisi saya berada sekarang sesuai dengan posisi di peta. Namun ketika kita melakukan order (pesan taksi), muncul form yang diminta oleh aplikasi My Blue Bird. 

Form alamat jemput

Enaknya sih kalau sudah mengaktifkan fitur lokasi yang dibaca lewat google map sudah tidak perlu lagi untuk memasukkan alamat seperti di atas. Saya sebut google map karena sepertinya My Blue Bird ini menggunakan google map. Pada google map, ketika langitude dan longitude diketahui, maka secara otomatis, google map akan menampilkan alamat terdekat untuk titik tersebut. Misalnya pada titik ini (link: titik dalam google map). Coba lihat pada bagian kiri layar, ada alamat di sana. Kemudian untuk mengambil data alamat, lihat ini (link: json alamat google map). Perhatikan longitude dan latitude pada kedua link tadi. Sama bukan?

Tapi kan ini aplikasi My Blue Bird ini harus tetap bisa dijalankan dengan tidak mengaktifkan fitur lokasi pada smartphone maka gambar form alamat jemput di atas tepat sekali penggunaannya.

Tujuan dan perkiraan biaya

Ada kemudian yang menarik dari aplikasi My Blue Bird ini. Adalah tempat tujuan pemesanan taksi yang tidak perlu diisi. Ini masuk akal, mengingat ketika pesan taksi, kita tinggal bilang mau ke mana sama supirnya, biayanya ya tergantung dari yang tampil pada argo saja. Tapi tentu saja kalau lokasi tujuan diisi, maka My Blue Bird akan menghitung perkiraan biaya yang harus dibayarkan oleh pemesan. Ini berlaku perkiraan karena total argo bergantung pada kondisi jalan yang dilalui. Kalau macet dan makin lama ya makin mahal bukan?!

Seperti aplikasi penjemputan online pada umumnya, My Blue Bird juga hadir dengan fitur trip tracking. Fitur untuk melacak perjalanan ini hadir ketika sudah terdapat supir taksi yang akan menjemput kita di lokasi penjemputan untuk kemudian diantarkan ke tempat tujuan. Yang menarik ketika fitur ini muncul, dilengkapi dengan informasi pengemudi.

Trip tracking My Blue Bird

Sambil menunggu penjemputan, ternyata saya sempat ditelpon oleh Pak Rohman ini. Hanya memastikan lokasi saya di mana dan betul pesan atau tidak. Terus terang waktu ditelpon ini suaranya agak aneh. Berasa ada delay noise waktu Pak Rohman berbicara.

Tidak lama kemudian taksi yang saya pesan tiba berhenti di depan saya. Tinggal cocokan saja nomor taksi yang ada di bodi mobil dengan nomor taksi yang muncul pada layar My Blue Bird.

Setelah masuk dan menyebut kembali tempat antar, saya yang kepo memulai pertanyaan soal noise waktu Pak Rohman menghubungi saya. Agak mengagetkan. Ternyata Pak Rohman ini mengontak saya tidak dengan menggunakan handphone tapi menggunakan radio. Tau dong radio yang selalu ada pada armada taksi Blue Bird yang biasanya ada di dashboard kanan pengemudi. Pantas saja waktu halo-halo suaranya berasa jauh.

Terus saya lanjut kekepoan saya ini. Saya tanya bagaimana Pak Rohman ini tahu kalau saya pesan taksi. Dia bilang kalau pesanan saya ini muncul di running text di atas radio tadi. Tau dong teks berjalan yang warna merah di dashboard taksi Blue Bird. Ternyata informasi saya disampaikan di sana. Informasi soal "Hotel Raddin, Ancol, Ancol, diluar hotel, jaket hitam celana hitam, jalan raya". Saya memang sengaja memberikan informasi tersebut agar mudah dikenali. Tapi ternyata informasi tadi dikirim ke pengemudi melalui teks berjalan.

Ada kesimpulan yang bisa saya ambil dari hasil mencoba aplikasi My Blue Bird ini. Penggunaan aplikasi ini terasa lebih aman dan menjaga privasi penggunanya. Kenapa? 

Pertama, aplikasi ini tidak seperti kebanyakan aplikasi penjemputan online yang menghubungkan pengguna dengan supir secara langsung. Sehingga komunikasi dilakukan dengan perantara radio. Artinya supir tidak akan pernah mengetahui nomor telepon kita. Enggak akan ada cerita supir Blue Bird mengontak pemesan lewat My Blue Bird lantaran diberikan penilaian yang buruk.

Kedua, tidak akan ada cancel booking dilakukan oleh supir. Sebel banget kan kalau sudah dapat supir yang ingin menjemput, eh enggak lama kemudian supir itu menghilang karena membatalkan penjemputan. Tentu ini tidak akan terjadi pada My Blue Bird. Karena pesan untuk supir seperti perintah tugas dari perusahaan. Ya kalau melanggar mungkin nanti mereka bisa dihukum.

Ketiga, histori perjalanan kita terekam dengan lengkap pada aplikasi My Blue Bird ini. Jadi kalau mau ingat-ingat kemana saja tinggal buka saja. Atau kalau ada barang ketinggalan. bisa dilihat nomor taksinya dan kontak servis dari Blue Bird untuk konfirmasi. Lebih mudah untuk melacaknya bukan?

Sudah ah cerita soal pengalaman mencoba aplikasi Blue Bird dengan catatan-catatan ala ghumi. Semoga Bermanfaat.



Tulisan ini diikutsertakan pada My Blue Bird Blogging Competition yang diselenggarakan oleh PT Blue Bird Tbk
Share on Google Plus

0 komentar :

Post a Comment