Main Di Ancol (3) : Makan Pagi Di Aston Marina Ancol



Suasana cumi cafe di pagi hari
Menginap di hotel itu paling seru adalah saat makan pagi menurut saya. Karena selain kita bisa melihat tamu-tamu yang datang, kita bisa merasakan menu standar yang hotel sediakan. "Jangan berharap terlalu banyak dari cita rasa sajian hotel", kata teman saya. Karena setiap chef hotel pasti membuat masakan yang bisa diterima oleh semua orang.

Jadi wajar, kalau masakan hotel itu cenderung lebih plain. Apalagi untuk hotel berbintang yang banyak dihuni oleh orang asing dari Eropa misalnya. Karena lidah mereka dengan lidah kita itu berbeda. Kita sudah terbiasa merasakan masakan kaya rempah-rempah yang menonjok lidah. Sementara mereka mungkin hanya terbiasa dengan salt dan papper saja. Jadi kalau mereka diberi rasa yang kuat seperti lidah Indonesia, bisa jadi mereka menolak.

Sudah lah ya cerita-cerita soal sajian hotel dan lidah orang asing. Sekarang, mari intip apa saja yang ada di Cumi Cafe untuk makan pagi. Oh iya, untuk menikmati makan pagi di sini, para tamu dilarang menggunakan baju tidur, baju renang, enggak pake baju atau beralaskan sandal hotel.

Ini yang asik, begitu tahu kami datang bersama bayi, langsung disediakan baby chair lengkap dengan perlengkapan makannya.

Di sini banyak tamu dari timur tengah, jadi tak heran kalau ada menu ini, mungkin membuat para tamu dari timur tengah semakin nyaman.

Akhirnya ngerasain juga roti-roti tebal ini yang paling cuma dengar ceritanya saja.

Dimsum, ubi rebus, singkong rebus dan segala yang dikukus ada di area ini. Tinggal buka saja.

Entah kenapa dari dulu enggak pernah dikasih suka sama daging dingin. Kalau buah dan sayur dingin untuk salad atau yoghurt dingin sih masih OK.

Pilihan sambal dan perlengkapan untuk Soto Padang dan Bubur Cirebon.

Mie goreng dan ayam.

Mie, ayam dan nasi goreng.

Ragam kerupuk dan ikan asin.
Menu ronde pertama yang dipilih bini.
Udah lah ya, kebanyakan gambar.

Lidah saya sih bilang ini makanannya OK. Memang tidak saya coba semua, tapi untuk menu-menu yang standar, pas di lidah saya. Atau mungkin chef di sini membuatnya standar lidah kebanyakan orang? Entah lah! Yang pasti karena ornamen Cumi Cafe ini unik dengan hiasan ikan-ikan pada pilar dan dinding, membuat Damar betah main di sini.

Damar pegang-pegang ornamen ikan di pilar Cumi Cafe.
Beres makan, kami menyempatkan diri untuk berenang lagi. Sebentar aja tapinya, karena setelah berenang, kami perlu mengolah bahan makanan yang sudah kami beli di Mangga Dua Square semalam untuk bekal main di Ancol.

Bini dan Damar cipluk-cipluk di kolam.
Beres berenang, Bini sigam menyiapkan mie telur untuk dibawa. Menghangatkan ikan yang digoreng semalam juga. untuk bekal nanti di Ancol. Sekalian lah ngeberantakin dapur di kamar. Panci dan penggorengan jadi kotor.

Kami ke Ancol sekalian checkout. Karena ada barang yang berat, kami titip saja di Lobi, jadi kami bisa lebih leluasa jalan ke Ancol.

Dari Aston Marina Ancol ke Ancol itu harusnya jalan kaki saja, kami malah gaya-gayaan pakai taksi. Padahal kalau jalan kaki tinggal ke busway, terus naik bus wara-wiri gratis di dalam kawasan Ancol. Tapi gak apa-apa lah jadi tahu kan ongkos Aston ke Ancol.

Sayangnya kami datang pas terik, jadi Damar lagi rewel-rewelnya karena lapar juga. Jadi enggak bisa tuh hura-hura lihat dia main pasir atau penasaran dengan pasir. Berikut bekal kena pasir yang main bola lagi. Hadeeeeh... Kurang oke banget piknik pantai kali ini. Akhirnya cuma duduk-duduk manis saja dekat AW. Pesan makan di sana deh.



Pulangnya, ambil dulu barang titipan di Aston, terus naik Bus Transjakarta deh. CAW!


Share on Google Plus

0 komentar :

Post a Comment