![]() |
Potongan poster Ngenest - marketeers.com |
Bisa dibilang era ketika film ini muncul tahun 2015 lalu kita sudah punya pondasi yang keren. Setelah Gusdur sang presiden mendobrak tatanan dan pelan-pelan minoritas mulai diterima. Ya walaupun masih ada yang mencibir sih.
Dan film Ngenest ini mengambil setting orde baru tentunya, dimana kaum minoritas Tionghoa begitu didiskriminasi dan Ernest muda (SD dan SMP) merasakan hal tersebut. Trauma yang mendalam yang dialami oleh Ernest muda ini membuat dirinya bertekad sepenuh hati untuk mencari pasangan orang pribumi asli. Berharap agar keturunannya kelak tidak Tionghoa dan dibully seperti yang pernah dialami dirinya.
Makanya begitu kenal Meira di tempat les Bahasa Mandarin saat kuliah, dikejar mati-matian. Apalagi setelah tahu kalau Meira ini ternyata seiman. Ya makin semangat ngejar-ngejarnya.
![]() |
Meira bersama ayah dan ibunya - muvilla.com |
Sukses mendapatkan restu dari mertua dan akhirnya menikah, Perjuangan Ernest tidak berhenti sampai di situ. Dia masih takut dengan anak yang dilahirkan, apakah berwajah pribumi atau oriental. Karena takutnya itu makanya Ernest menunda-nunda punya anak dan selalu pakai kondom. Padahal Meira dan segenap keluarga besarnya menanti momongan dari Ernest.
Bisa ditebak lah ya Ending dari film ini. Anaknya brojol dan Ernest berhasil melewati ketakutan terbesarnya. Karena ada filosofi tokay yang sering dikatakan oleh Patrick. Hidup ya mengalir aja kayak Tokay. Simple!
Udah gitu aja.
0 komentar :
Post a Comment