4 Hal yang Disuka dari film Sexy Killers


Sexy Killers adalah sebuah film dokumenter Indonesia garapan Dandhy Dwi Laksono dan Ucok Suparta tentang industri pertambangan batubara dan hubungannya dengan badan perpolitikan Indonesia. Film ini rilis 14 April 2019, sebelum Pemilu 2019 yang diadakan pada 17 April 2019.

Sumber: Wikipedia

Film dokumentar ini sangat menohok kita dengan banyak hal. Karena sisi gelap dari industri batubara ini dibahas dari hulu hingga hilir. Bahkan hingga Oligarki batubara pada kedua kubu yang akan berkontestasi untuk pemilihan presiden.

Keserakahan sumbernya

Kita sudah menikmati betul bagaimana listrik bisa memberikan kesenangan pada kita. Atau setidaknya listrik menunjang kesenangan secara tidak langsung. Buat yang senang nonton siaran langsung sepakbola misalnya, listrik jadi kebutuhan utama untuk menyalakan televisi dan seterusnya. Atau mungkin buat yang suka mabar, jangan dikira baterai penuh lantas tak butuh listrik yang lain. BTS telekomunikasimu juga perlu daya, servernya juga perlu daya, dan seterusnya.

Untuk menulis blog ini misalnya, kita juga kan perlu daya untuk laptopnya, WiFInya, lampunya, dan seterusnya. Kita semua sudah menganggap listrik sebagai kebutuhan dasar yang tidak bisa ditawar. Dan ketika listrik terkendala, kita dengan mudah menghubungi 123 a.k.a PLN call center untuk sekedar bertanya atau bahkan memaki.

Ilustrasi serakah - republika.co.id
Apakah earth hour bermanfaat untuk menurunkan beban? Mungkin untuk sesaat iya, tapi pemaknaan earth hour tidak pada pemahaman bahwa oh iya ya, kalau listrik mati semua, terasa adem. Malam jadi lebih indah. Bukan, bukan itu. Saat earth hour berlangsung, kebanyakan dari kita justru bangsat! Begini lah kalau tidak ada peradaban. Mau ngapa-ngapain susah.

Kita sudah kadung menganggap listrik adalah kebutuhan dasar dan negara harus memenuhi kebutuhan tersebut. Rada egois memang, terlebih buat kita yang sering kali meninggalkan televisi menyala dan kita tertidur di depannya. Atau mungkin sekarang bukan televisi, tapi laptop. Membiarkan tayangan youtube menyala dan kita melukis dengan liur di atas keyboard-nya.

Iya, karena kita menganggap listrik adalah kebutuhan dasar, sepertinya kita jadi kemaruk. Karena itu adalah hal dasar, maka pemerintah wajib memenuhi kebutuhan dasar tersebut. Apapun dan bagaimanapun caranya, pokoknya harus ada. Kasar dan mengerikannya kita.

Efisiensi jadi pembenaran

Sesekali kita sering tertampar betapa clean energy menjadi dambaan dan tujuan kita di masa mendatang. Tapi begitu kita menghitung di atas kertas, betapa tidak mungkinnya mewujudkan hal tersebut, maka kita balik lagi mencari alternatif yang murah, tidak menguras kantong, dan hasilnya BUANYAK.

Baca: Pulau Clean Energy


Batubara- bombastis.com
Lupakan soal tenaga angin, tenaga ombak, atau bahkan tenaga surya. Untuk hal tersebut, kita belum siap. Investasi yang masih mahal dan produksi daya yang jauh di bawah target menjadi alasan. Maka ditemukanlah solusi jitu menggunakan batubara. Dimana produksi dalam negeri baik, sementara permintaan ekspor terus menurun. Banyak negara sudah mulai menerapkan kebijakan clean energy, terutama Eropa.

Dampak lingkungan

Film dokumenter Sexy Killers ini sukses menggambarkan dampak lingkungan yang terjadi karena pemanfaatan ekonomi batubara untuk listrik. Saat mulai dibawanya batubara dengan kapal tongkang yang membuat jalur laut yang dilewatinya minim kehidupan. Bayangkan saja saat batubara dibawa, pasti ada sebutir-dua butir bongkahan yang jatuh ke laut. bongkahan itu lah yang membuat laut tercemar.

Tidak berhenti di situ, saat pembebasan lahan untuk PLTU misalnya, bagi pemilik perkebunan sawit yang memilih bertahan, sekarang merasakan akibatnya. Produksi perkebunannya jauh menurun dari tahun-tahun sebelum PLTU itu berdiri. Diduga, asap hasil pembakaran batubara diserap sempurna oleh tanaman di perkebunan ini. Mungkin bukan hanya tanaman, tapi juga tanah di sekitaran PLTU pun berdampak. Tanah berdampak, air tanah berdampak, dan produksi perkebunan mau tak mau pasti berdampak.

Tidak hanya pada tanaman, bagaimana dengan manusia yang tinggal di sana? Pasti berdampak! Terinformasi pula bahwa penderita gangguan pernapasan (ISPA) meningkat pada penduduk di sekitaran PLTU. Puncak dari film dokumenter ini saat Novianti meninggal digotong ke pemakaman DIDUGA karena lingkungan yang tercemar di sekitaran PLTU.

Oligarki batubara

Yang paling mengejutkan dari film ini adalah saat dibongkarnya oligarki batubara di negeri ini. Kita tahu bahwa film ini dirilis berdekatan dengan Pemilihan Presiden. Dan jelas mengejutkan ketika orang-orang dari kedua kubu ternyata mempunyai andil tidak langsung dalam keberlangsungan bisnis batubara ini.

Oligarki batubara - voaindonesia.com
Ini tuduhan serius sih harusnya. Dan nampaknya Watchdoc tidak tersandung setelahnya. Apakah itu pertanda benar atau isapan jempol? Wallahu alam.

Btw buat yang mau nonton, bisa lihat video di bawah ini:


Udah gitu aja.

Share on Google Plus

0 komentar :

Post a Comment