Kuburan Busuk
“Cepetan mas Hans makannya, nanti kita kemalaman. Cepetan ngabisin mie rebus rawitnya”, Aciek menggerutu.
“Tenang saja, aku tahu jalan pintas lewat kuburan.”, Hans menjawab tenang.
***
Di mobil itu ada 4 orang penumpang. Selain Hans sebagai supir, ada Ki Ade dan Mahar di belakang. Malam sudah terlalu larut untuk melewati jalan biasa menuju villa. Mereka akhirnya memutuskan untuk membelah kuburan sebagai jalan pintas.
Memasuki gerbang kuburan, mereka semua terlihat sangat tegang. Terlebih Hans sebagai supir. Ia harus lebih hati-hati mengendarai mobil.
Jalan membelah kuburan ini begitu gelap, pada sisi kanan dan kiri jalan terdapat pohon-pohon beringin besar. Dahan-dahan besarnya seolah seperti tangan yang siap menggenggam mobil carry yang mereka kendarai.
Belum lama memasuki jalan kuburan, mendadak semerbak bau busuk menyeruak di dalam mobil. Ki Ade dan Mahar di belakang tampak bertatapan dengan wajah pucat dan tegang. Semakin dalam masuk ke dalam, aroma busuk tadi semakin menusuk hidung.
Acik yang duduk di samping supir tampak menoleh ke belakang, wajahnya tak kalah pucat menatap bergantian pada Ki Ade dan Mahar. Kemudian menempelkan telunjuk kanannya di hidung. Acik seolah meyakinkan kedua penumpang di belakang kalau ada bau busuk menyeruak.
***
Selepas melewati jalan kuburan tadi, Acik angkat bicara “Sedari tadi di kuburan, Bau busuk ini tak hilang-hilang?”
Hans yang tampak pucat dan berkeringat menoleh pada Acik, “Hans pup!?!”
_______________________________
. keluarkan saja, jangan ditahan
0 komentar :
Post a Comment