Libur Lebaran 2016: Naik Bukit Belakang Rumah

Alun-alun Desa Tundagan - http://widianuraisyah12.blogspot.co.id/

Catatan sebelumnya : Icip Bakso Khas Tasikmalaya


Orangtua saya keduanya memang berasal dari tatar Sunda. Ayah saya lahir di Tasikmalaya, sementara Ibu berasal dari Kuningan, Jawa Barat. Karena kedua orangtua saya saat ini tinggal di Tasikmalaya, maka saya mudik ke sana. Namun hampir setiap tahun pula kami sekeluarga menyambangi kampung kelahiran Ibu saya tersebut. Yang paling semangat tentu kakak saya yang lelaki. Aa punya ikatan emosional tersendiri dengan kampung kelahiran Ibu di Kuningan.

Lepas silaturahmi dan salam-salaman di Hari Lebaran, kami sekeluarga menungu terlebih dahulu seluruh adik dari ayah saya datang ke rumah. Karena ayah saya adalah anak pertama dan tertua, maka adik-adiknya datang mengunjungi bersama keluarganya. Ada yang sudah punya cucu, ada juga yang anaknya masih sekolah. Setelah semua adik ayah pulang, kami sekeluarga lantas memutuskan untuk pergi menuju Kuningan.

Oh iya, ini kali pertama seluruh keluarga besar datang. Saya memiliki dua saudara lain. anak pertama, kakak perempuan saya saat ini domisili di Kupang, Nusa Tenggara Timur. Kali ini datang bersama suami dan dua anaknya, anak pertama perempuan, dan anak kedua laki-laki. Selanjutnya anak kedua adalah abang saya, juga datang bersama istri dan dua anak perempuannya. Lalu saya si bungsu datang bersama istri dan Damar yang baru berusia 6 bulan lebih sedikit.

Foto perdana keluarga dalam keadaan komplit
Normalnya perjalanan dari Tasikmalaya ke Kuningan hanya memakan waktu paling lama 4 jam perjalanan saja. Tapi kali ini kami agak lama di jalan. Berangkat sekitar jam 1 siang, baru tiba di Tundagan, Kuningan jelang jam 6 sore. Salah satunya karena mampir di kedai bakso yang pasti kami singgahi jika menuju Kuningan di Cikijing. Sampai, kami hanya sempat salam-salaman seketemunya orang, lalu kami istirahat.

Besoknya baru lah kami keliling-keliling bersalaman bersama keluarga besar dari garis keturunan Ibu saya. Selepasnya baru kami memutuskan untuk menuju bukit di belakang Desa Tundagan. Menuju Cicandi, begitu orang-orang menyebutnya. Jaraknya mungkin tidak terlalu jauh, hanya 1 sampai 3 km saja. Namun jarak tersebut ditempuh dengan melewati jalan setapak yang agak curam. Di atas sana ada air terjun yang landai penuh batu. (tapi sayang sulit sekali mengambil foto yang bagus dari air terjun ini - jadi tidak ada foto air terjunnya)

Begini tampilan saya saat menuju bukit, menggendong bayi dengan ergo diskonan dari bilna.
Perjalanan menuju air terjun tidak bisa dibilang mudah, mengingat kami-kami ini sudah terlalu terbiasa dengan kondisi kota dengan jalan datar dan malas jalan kaki. Jika orang desa pergi ke kota dibilang kampungan, maka kami bisa dibilang kotaan. Norak sekali melihat jalan setapak yang terjal dengan kanan-kiri pepohonan rindang yang asri.

Beberapa kali anak-anak justru berhenti hanya untuk melihat laba-laba air atau sekedar memperhatikan kupu-kupu melintas. Pokoknya lebih banyak berhenti untuk melihat-lihat hal alami yang lumrah terjadi di sini. NORAK! Hahahaha.

Mata Damar sulit lepas melihat ke bawah, setelah hampir sepanjang jalan dia tidur, pas sampai di atas justru terbangun dan matanya tak pernah lepas dari jernihnya air di sini. Penasaran sekali kelihatannya. Ini foto bersama kedua kakak sepupunya. Anak dari kakak pertama dan kakak kedua saya.

Sampai di atas, kami cuma main air saja. Karena memang cuma ada air di sini. Tapi airnya jernih sekali, dingin dan sejuk. Tapi ya dasar orang kota norak yang jarang lihat air bersih di alam terbuka, ya jadinya senang sekali. Lihat saja Damar matanya tidak lepas melihat ke bawah. Eh Damar mah pengecualian, kan umurnya baru 6 bulan.

Sudah puas main air, kami lalu turun ke rumah. Perjalanan pulang pun tidak ada perbedaan dengan perjalanan naik, tetap sama-sama norak melihat pemandangan di sini. Ya begitu lah, sampai di rumah, kami mandi dan beres-beres untuk siap-siap kembali ke Tasikmalaya.

Begitu deh perjalanan kami mampir ke Tundagan, Kuningan. Eh iya,  Tundagan itu gabungan dari kata “Tunda dan Udagan”. Arti kata seluruhnya yaitu “eureun tina nyanyabaan atau ngalalana, karena sudah, menemukan tempat paling rajin yang tetap nyaman (betah)”. (sumber : widianuraisyah12.blogspot.co.id)

Terakhir, saya cuma mau pamer betapa kerenya tempat shalat di RM Saung Cibodas yang kami singgahi.

A photo posted by Fahmi Idris (@fahmi_gemblonk) on

Sekian,


Selanjutnya : Pesona Safari Malam


Libur Lebaran 2016 :

(1) Mudik Pertama Bersama Anak
(2) Bakso Khas Tasikmalaya
(3) Naik Bukit Belakang Rumah
(4) Pesona Safari Malam
Share on Google Plus

0 komentar :

Post a Comment